PERCOBAAN
V
KROMATOGRAFI
PENUKAR ION
I.
Tujuan
Adapun
tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat mempelajari prinsip pemisahan
berdasarkan penukar ion.
II.
Dasar Teori
Kromatografi
pertukaran ion adalah
salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip
utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif
antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolom kromatografi. Metode ini pertama kali dikembangkan
oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
·
Kromatografi
pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang
mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
·
kromatografi
pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H,
dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini
adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin (Anonim, 2013).
Metode ini banyak digunakan dalam
memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan
kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Suatu resin
penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan dengan
memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu matriks
polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah polisterina hubungan
silang yang diatas diperikan sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai
derajat hubungan silang. Suatu resin umum yang lazim ialah resin “8%
terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu
dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm, meskipun
ukuran–ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).
Resin pertukaran
ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan, alamiah
maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion
dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan
penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+
diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses
kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana
proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan
positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar
yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion)
(Underwood, 2001).
Resin dapat
digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai silang,
sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik untuk
memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur dan
berguna. Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus penukar
ion yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang
mengembang, harus lebih besar rapatannya daripada air (Harjadi, 1993).
Dalam suatu
proses subtituen polar dapat memberikan afinitas yang tinggi bagi air. Apabila
disuspensikan dalam air partikel resin itu akan membengkak karena menyerap air,
yang derajat pembengkakannya dibatasi olah jauhnya hubungan silang. Sekitar
satu gugus asam sulfonat percincin aromatik kebanyakan dalam posisi para
sulfonasi secara dramatis mengubah karakter polimer itu. Asam-asam arisulfonat
adalah asam kuat. Jadi gugus-gugus ini akan terikat bila air menembusi manik resin
itu.
R – SO3H
R- SO3- H+
Namun berlawanan
dengan elektrolit basa, anion itu melekat secara permanen pada matriks
polimernya. Anion itu tak dapat berimigrasi kedalam fase air didalam pori
resin itu, juga tak dapat lolos kelarutan luar. Pengikatan ion ini
selanjutnya membatasi mobilitas kationnya, H+. Kenetralan listrik
dipertahankan didalam resin dan H+ tidak akan meninggalkan fase
resin kecuali bila digantikan oleh suatu kation lain. Pergantian inilah
yang disebut proses pertukaran ion (Underwood, 2001).
Prinsip-prinsip
dasar dari pertukaran ion telah banyak menetapkan penelitian-penelitian dalam
sistem air, serta menghasilkan penetapan-penetapan yang berguna. Namun lingkup
dari pertukaran ion telah diperluas selama sekitar dekade terakhir ini, dengan
menggunakan baik sistem pelarut organik, maupun sistem pelarut campuran
air-organik. Pelarut-pelarut organik yang umum digunakan adalah
senyawaan-senyawaan akso dari tipe alkohol, keton dan karboksilat yang umumnya
mempunyai tetapan dielektrik dibawah 40 (Svehla, 1985).
Di
tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan hasil
kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif -OH, -COOH, -HSO3, sebagai
pusat-pusat pertukaran. Gugusan fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar
ditempati oleh ion-ion dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+
pada penukar kation. Resin dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah
terionisasi kuat, tidak larut dan sangat reaktif. Resin-resin demikian disebut
resin penukar kuat, sedangkan gugusan ion yang terionisasi secara parsial
seperti > COOH, -OH, dan NH2 dikenal sebagai resin penukar yang
lemah (Khopkar, 1990).
Semua penukar ion
yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat: mereka
hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung
ionion katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan
ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan
fisika yang berarti dalam bahan tersebut.penukaran ion bersifat kompleks dan
sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa suatu muatan listrik yang
tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion
aktif ini beruapa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa anion-anion
dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Larutan
yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar
kolom disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses
pengeluaran ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah
terpakai kebentuk semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion
dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut eluent.
Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah gugusan-gugusan
yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam miliekivalen.
Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai
banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga
dikatakan sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom
tanpa ada kebocoran yang dapat teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari
kapasitas total pertukaran kolom dan tidak tergantung terhadap sejumlah
variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion, komposisi larutan, ukuran
partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar